Puisi Sedih Jodha Akbar: Puisi

Kumpulan Puisiwww.microtrendy.blogspot.com -- Setelah kemarin surat Jodha kepada Jalal begitu menggetarkan, maka cerita Jodha Akbar akan memasuki babak baru. Jalal dan Jodha, keduanya memendam rasa cinta yang mendalam. Namun keduanya tak pernah mengakui.

Jodha pergi dari Jalal. Padahal ia tahu Jalal adalah lelaki yang meminta maaf bila ia bersalah. Hati Jodha semakin pedih karena kini ia menyadari telah tumbuh benih-benih cintanya. 

Mungkin ketika cinta itu belum bersemi, rasa sakit itu tidak akan sepedih saat ini. Pedihnya karena berasal dari cinta itu sendiri. 


Silakan  menikmati puisi sedih Jodha Akbar. Semoga dapat membawakan suasana penuh cinta.

Sebelumnya: Surat Jodha Untuk Jalal

Puisi Sedih Jodha Akbar


Terj: Aim Subarjat

Pedih hatiku mengenangkan dirimu;
dirimu yang kubenci dengan segenap jiwaku.

Dirimu yang memetikan api dendam;
dendam karena kau rebut masa remajaku,
kau yang membuat kami tiada berdaya,
dengan kegagahan seorang raja.


Aku melangkah pergi tetapi bayangmu selalu mengikuti.
Aku benci dengan diriku, mengapa aku kalah oleh dirimu?

Aku benci karena kau menawan hatiku dengan pesonamu;
kau rebut harapanku dan memaksanya untuk mengharapkan cintamu.

Aku ingin pergi, tetapi hatiku berkata bahwa engkaulah pelabuhan cintaku itu...
Dengan apakah kau petik hatiku yang satu-satunya ini? Hingga aku terbuai oleh mimpi-mimpi yang aku sendiri takut membayangkannya...


Ataukah ini tanda dari sebuah cinta?
Betatapapun kupergi jauh, tetapi hatiku tetap di istanamu. Biarkan aku pergi, kataku. Tetapi hatiku ingin berkata, "Kejarlah aku..."

Bibirku berkata, jangan kau cari diriku. Tapi hatiku mengatakan "Temukan diriku..."

Aku ingin kau datang dan membawaku pulang ke istanamu. Tetapi diri ini malu  mengakuinya. Katakan padaku, apakah aku harus teguh pada pendirianku, ataukah menyerah menyambut cintamu...

***


Bagaimanakah ku kenangkan cintaku ini?

Rinduku bergejolak laksana deburan ombak.
Harapanku berkecamuk bagaikan badai.
Tetapi kepada siapakah kupersembahkan rinduku ini? Sedangkan hati semakin rapuh seperti kaca yang kan pecah. Kepadamu...tak kuasa kuucapkan cintaku.

Engkaulah Rajaku. Engkaulah kekasihku...
Hatiku mengakuinya dan begitu bahagia mengatakannya.

Bersediakah kau merayu diriku? Melembutkan kerasnya diriku, meneduhkan panas hatinya, dan mengucapkan kata-kata cintamu.....? Lalu dengan setulus-tulusnya kau duduk dihadapanku, mengatakan...

"Jodhaku... Bagaimanakah kuungkapkan perasaan ini? Jangankan tuk mengungkapnnya, menatap indah bola matamu itu aku begitu malu.

"Engkau adalah permata: ukirannya adalah segenap yang bernama kecantikan. Bentuknya digambar oleh tangan-tangan keindahan. Aku begitu terpesona. Dulu. Sedari dahulu kuterpesona oleh gerai rambut hitammu, jelitanya matamu, serta teduhnya senyumamu...

"Aku tertawan oleh gigihnya semangatmu, pembelaanmu untukku, pengorbanan yang tak kulihat, usahamu yang tak kuhargai, kesabaranmu yang kuremehkan, ketabahan yang tak pernah kujumpai pada wanita kecuali dirimu...

"Aku ingin katakan dengan seluruh tubuhku, betapa kehilangannya diriku tatkala kau melangkah pergi. Sedetik tanpamu serasa berabad-abad lamanya. Selangkah jauh darimu serasa berhasta-hasta.

"Engkau boleh menyalahkanku. Memaki dan menghinaku. Tetapi jangan kau lemparkan cintaku itu. Kemanakah kan kucari cintaku sedangkan cinta sejati itu ada padamu?

"Engkau telah pergi. Tetapi mengapa engkau lupa membawa juga kenangan-kenangan itu? Hingga aku menjadi rindu padamu, setiap waktu. Mengapa kau tinggalkan butir-butir cintamu di hatiku? Mengapa engkau meletakannya di relung hati dan pergi tak bertanggung jawab membiarkanku tersiksa oleh rindu yang kau tanamkan di lubuk hati ini...

"Pulanglah bersamaku, 
"Kan kususun rangkaian cintaku untukmu; kan kugenggam tanganmu. Dan kita kan menyusuri pantai-pantai, melewati lembah, dan bermain di bawah gemarai dedaunan... Aku tak tahu apakah kumampu, tapi sebisaku kan kupenuhi hatimu dengan kebahagiaan. "

***

Itulah puisi sedih Jodha Akbar. Semoga puisi sedih Jodha Akbar dapat membawakan sesuatu bagi hati Anda.