aBidliLLaH, EpiLoG HiDuP SeOraNg HamBa...
sekadar pengerat pertautan ukhuwwah antara kita....
Tuesday, December 15, 2009
LARANGAN MENGAIBKAN, MEMFITNAH, MENJATUHKAN ORANG LAIN
arangan Mencari-cari Kesalahan Dan Membicarakan Keaiban Orang Lain
Hendaklah kalian menghindari tajassus, yakni mencari-cari keaiban orang lain yang tertutup. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain.”
(Surah al-Hujuraat:12)
Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda, “Barangsiapa yang mencari-cari keburukan saudaranya maka Allah pasti mencari-cari kesalahannya dan barangsiapa yang mencari-cari keburukan saudaranya nescaya Allah akan membuka keaibannya sekalipun -keaiban itu- di dalam rumahnya sendiri.” (Hadits riwayat: at-Tirmidhi dan Ibnu Hibban)
Hendaklah kalian juga selalu menutup keburukan orang-orang Islam, tidak menyebut-nyebutnya dan menyebarluaskannya. Allah Ta'ala berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.”
(Surah an-Nuur: 19)
Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda,
“Barangsiapa yang menutup (keaiban) seorang Muslim maka Allah pasti menutupi keaibannya di dunia dan di akhirat.”
(Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, at-Tirmidhi, an-Nasa`i dan Ibnu Majah)
Tidaklah yang sering membicarakan keaiban orang lain, menyebut-nyebut kesalahannya dan membuka keburukannya kecuali orang-orang munafik yang dimurkai.
Kemudian wajib bagi seorang Muslim apabila melihat suatu keburukan saudaranya yang muslim, untuk menutupinya di samping menasihatinya secara rahsia dengan lemah lembut dan kasih sayang. Dalam sebuah riwayat disebutkan,
“Dan Allah selalu menolong hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.”
(Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim dan empat ashhab as-Sunan)
* Dipetik dari kitab Mukhtasor an-Nashoih ad-Diniyah wa al-Washoya al-Imaniyah (Ringkasan dari kitab an-Nashoih ad-Diniyah wa al-Washoya al-Imaniyah) oleh Syaikh Muhammad Nuruddin Marbu al-Banjari al-Makki.
Saturday, July 26, 2008
erm..jadi mc lak
sekadar bacaan kepada mereka yang ingin berfikir..
|
Thursday, July 24, 2008
WANITA MUKMINAH : CONTOH PERJUANGAN
Tokoh politik yang berjiwa sufi dan tangkas dalam mengendalikan urusan negara. Terkenal dengan kepimpinannya yang adil lagi amanah. Dan di sisinya ada seorang yang dapat menjadi pendorong dan memahami tugas-tugasnya yang berat dan dapat memberikan inspirasi bagi membantu perjuangannya. Itulah Fatimah isteri beliau, cucu khalifah Abdul Malik yang kaya-raya.
Pengorbanan Fatimah dalam perjuangan Islam waktu itu begitu besar. Dia rela mengorbankan semua harta yang dimilikinya untuk diserahkan ke jalan Allah. Dengan begitu ia akan lebih memudahkan dirinya untuk lebih dekat dengan Allah, mendapatkan cinta dan redha dari Allah SWT.
Fatimah juga memainkan peranan penting dan besar dalam membantu perjuangan suaminya. Sebagai isteri dia sanggup berkorban apa saja demi melayani, mentaati dan mendorong suaminya untuk menegakkan keadilan. Bukan hanya harta yang dikeluarkannya tetapi juga tenaga, fikiran, waktu, kesenangan hingga berkorban jiwa dan perasaan.
Semuanya diserahkan untuk Allah dan suaminya. Seorang yang ingin berjuang maka dia harus sanggup berkorban. Pernah suatu hari khalifah Umar berkata kepadanya,
Dan jawapan yang diberikan oleh Fatimah bukan atas dasar dorongan nafsu tapi kerana ketaqwaan dan keimanan yang tinggi kepada Allah.
Ketaatan yang kuat terhadap suami dan kecintaannya yang besar terhadap Islam yang menjadi pendorong kuat untuk Fatimah berjuang dan berkorban. Jawatan suami baginya bukan segala-galanya.
Malah tidak mengambil sebagai peluang untuk memperkaya diri seperti yang biasanya berlaku hari ini, tapi bahkan dia korbankan segalanya demi mendokong amanah Tuhan yang diletakkan di atas bahu suaminya.
Saturday, July 19, 2008
TUNTUTAN TANGGUNG JAWAB TERHADAP AHLUL-BAIT KETURUNAN NABI SAW
Mungkin sebagian dari kita masih saja ada yang menilai secara sempit masalah yang berkenaan dengan keistimewaan Ahlul Bait keturunan Nabi SAW., sebagai suatu hal yang berlebihan. Mereka menganggap ini sebagai suatu sarana untuk berbangga diri dan juga dapat menimbulkan berbagai macam fitnah. Pada dasarnya hal ini tidak perlu terjadi apabila mereka dengan kepala dingin dan hati yang bersih mau menggali, mempelajari dan memahami secara sungguh-sungguh apa yang disyari’atkan oleh agama. Namun demikian, Alhamdulillah masih ada sementara orang diantara kita yang menanggapi hal ini secara positif dan konstruktif. Menurut hemat kami penilaian dan tanggapan yang kurang simpatik juga dapat terjadi dikarenakan kurangnya perhatian atau kurang mendarah dagingnya akan tuntutan Allah SWT dan Rasul-Nya, sehingga wajar tampak keraguan dan kekhawatirannya terhadap berbagai reaksi yang akan timbul dari orang-orang daripada terhadap yang seharusnya lebih ditakuti, dita’ati dan dikhawatirkan ancamannya yaitu kepada Allah SWT.
Namun Alhamdulillah sampai kapanpun Allah SWT akan menghiasi bumi ini dengan orang-orang yang senantiasa memiliki perhatian dan tanggung jawab serta kecintaan terhadap Ahlul Bait keturunan Rasulullah SAW secara tulus ikhlas dari lubuk hati yang bersih.
Kemudian marilah kita perhatikan hadits-hadits berikut ini:
"Dari Zaid ibni Al-Arqom bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku adalah hamba Allah SWT, utusan Tuhanku (Malaikat Izroil) hampir tiba, maka aku harus memenuhi panggilan-Nya. Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara:
Yang Pertama: "Kitabullah, di dalamnya terdapat petunjuk juga pelita, maka beramal dan berpeganglah padanya."
Maka Beliau menyuruh berpedoman dan mengembalikan sandaran pada Kitabullah. Kemudian sabda Beliau.
Yang Kedua: "Dan Ahlul-Baitku, aku ingatkan akan Allah SWT perihal Ahlul-Baitku, aku ingatkan akan Allah SWT perihal Ahlul-Baitku, aku ingatkan akan Allah SWT perihal Ahlul-Baitku." (H.R. Muslim)
Rasulullah SAW bersabda:
"Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara: Kitabullah", ia merupakan tali yang terentang antara langit dan bumi dan “Keturunanku Ahlul-Baitku", sesungguhnya keduanya itu tidak akan berpisah hingga kembali kepadaku di Telaga Haudh." (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dari Zaid bin Tsabit dan dari shahih Bukhari Muslim, dari Abu Syaiban, Abu Ya’la, dan Ibnu Sa’ad).
Thabrani mengetengahkan hadits dari Ibnu ‘Abbas ra. Yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Dua kaki seorang hamba pada hari kiamat tak dapat tergerak hingga ia ditanya tentang empat perkara: untuk apa umurnya dihabiskan, untuk apa jasadnya ia rusakkan (dipergunakan), kemana hartanya ia infaqkan dan darimana ia peroleh, dan ditanya tentang kecintaannya terhadap Ahlul Baitku"
http://www.asyraaf.net/