Mencari Harta Haram-pun Susah?
awas-bahaya-laten1“Mas, saiki mencari duit dari yang haram we susah…apalagi yang halal” sebuah ungkapan yang mengerikan bagi para pencari syurga. Dan itu pasti muncul dari seseorang yang sedang putus asa dan dalam cengkeraman syetan. Ungkapan tersebut hanyalah anekdot, tetapi saat ini suka atau tidak suka anekdot itu telah menjadi keumuman dalam kenyataan.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى اْلمَرْءُ مَا اَخَذَ مِنْهُ اَ مِنَ اْلحَلاَلِ اَمْ مِنَ اْلحَرَامِ. البخارى
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Akan datang suatu masa, ketika itu orang tidak lagi mempedulikan apa-apa yang dia dapatkan, apakah termasuk yang halal atau yang haram”. [HR. Bukhari juz 3, hal. 6]
Uniknya, kesuksesan mencari yang haram ini bukan dipicu karena susahnya mencari yang halal tetapi bisa juga disebabkan faktor RAKUSS. Yang halal pun telah ditangan, tetapi demi memenuhi syahwat perut yang tiada ujung kemudian memberikan legitimasi kepada tangan dan otak untuk meraih yang haram-haram itu.
Penghasilan atau gaji telah didapat, tetapi usaha untuk meraih yang lebih dengan cara-cara curang dan haram tetap saja dilakukan. Lupa bahwa Allah Maha Melihat dan lupa Malaikat pencatat tidak pernah lalai secuilpun.
عَنْ اَبِى بَرْزَةَ اْلاَسْلَمِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا اَفْنَاهُ، وَ عَنْ عِلْمِهِ فِيْمَا فَعَلَ، وَ عَنْ مَالِهِ مِنْ اَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَ فِيْمَا اَنْفَقَهُ، وَ عَنْ جِسْمِهِ فِيْمَا اَبْلاَهُ
Dari Abu Barzah Al-Aslamiy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan bergerak kedua tapak kaki seorang hamba (pada hari qiyamat) sehingga ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia gunakan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan untuk apa dia membelanjakannya, dan tentang badannya untuk apa dia memanfaatkannya”. [HR. Tirmidzi 4, hal. 36, no. 2532, dan ia berkata : Ini hadits hasan shahih]
Sobat, bekerja keras dengan niat ibadah adalah ciri utama manusia beriman. Konon usaha kerja keras manusia beriman demi memenuhi kebutuhan keluarga akan mampu menghapuskan dosa-dosa yang tidak bisa dihapus dengan amalan shalat dan puasa. Trus bekerja yang bagaimana yang dimaksud?
اِنَّ مِنَ الذُّنُوْبِ ذُنُوْبًا لاَ يُكَفّرُهَا الصَّلاَةُ وَ لاَ الصَّدَقَةُ وَ لاَ اْلحَجُّ، وَ يُكَفّرُهَا اْلهَمُّ فِى طَلَبِ اْلمَعِيْشَةِ. ابن بباويه و الطبرانى
Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu ada dosa-dosa yang tidak bisa terhapus oleh shalat, sedeqah dan hajji. Tetapi bisa terhapus oleh lelahnya seseorang dalam mencari ma‘isyah. [HR. Ibnu Babawaih dan Thabrani]
Bekerja dengan niat ibadah, bekerja dengan ikhlas dan bekerja yang tetap berpegang kepada rambu-rambu keimanan. Bekerja dengan niat lurus dan kuat akan menimbulkan semangat dan kesungguhan yang luar biasa. Sehingga nantinya akan membuka pintu-pintu rizki yang telah diberikan Allah untuk dirinya.
1. Niat untuk Ibadah
Inilah hal utama yang terkadang terlupa. Karena sudah menjadi rutinitas pokok sehingga menjadi lupa untuk berniat bahkan berdoa sebelum memulai pekerjaan. Niat dan doa akan memberikan energi positip dalam mengerjakan tahapan pekerjaan dan usaha yang kita lakukan. Sunnatullah memang berlaku, usaha yang minim mendapat hasil sedikit dan usaha yang rajin akan mendapatkan lebih besar. Tapi ingatlah, Allah Maha Kaya dan Kuasa, bukanlah hal yang susah dan rumit ketika Dia akan mencurahkan rizki yang banyak dan barokah kepada siapapun.
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: التَّاجِرُ الصَّدُوْقُ اْلأَمِيْنُ مَعَ النَّبِيّيْنَ وَ الصّدّيْقِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ
Dari Abu Sa’id (Al-Khudriy RA), dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Pedagang yang jujur lagi menjaga amanat akan bersama Nabi-nabi, orang-orang yang jujur dan orang-orang yang mati syahid”. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 341, no. 1227, dan ia berkata, "Ini hadits hasan"]
2. Memakai Cara-cara yang Halal
Inilah yang krusial. Inilah yang membuat status rizki yang dihasilkan. Jika kita menimbang dengan curang, menakar tidak sesuai, melakukan kolusi dan bahkan korupsi maka dipastikan hasilnya Haram.
وَ اَوْفُوا اْلكَيْلَ اِذَا كِلْتُمْ وَ زِنُوْا بِاْلقِسْطَاسِ اْلمُسْتَقِيْمِ، ذلِكَ خَيْرٌ وَّ اَحْسَنُ تَأْوِيْلاً
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [QS. Al-Israa' : 35]
Jika mengejar keuntungan dengan menyikut lawan, memfitnah dan mendholimi orang lain maka bisa dipastikan hasil yang didapat jauh dari kehalalan.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَاَدْخَلَ يَدَهُ فِيْهَا فَنَالَتْ اَصَابِعُهُ بَلَلاً، فَقَالَ: مَا هذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ؟ قَالَ: اَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: اَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ، مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنّى. مسلم
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW pernah lewat pada segundukan bahan makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam gundukan bahan makanan itu sehingga jari-jari beliau mendapati sesuatu yang basah. Rasulullah SAW bertanya, “Apa ini hai penjual bahan makanan ?”. Penjual itu menjawab, “Ya Rasulullah, itu karena hujan”. Beliau bersabda, “Mengapa tidak kamu letakkan di bagian atas agar orang-orang (pembeli) mengetahuinya ? Barangsiapa yang menipu, maka bukan golonganku”. [HR. Muslim juz 1, hal. 99]
3. Manajemen Waktu
Lagi asyik kerja, melayani pelanggan atau client tiba-tiba ada panggilan Adzan maka apa yang anda lakukan?. Ibadah Shalat paling baik dilakukan di awal waktu. Seorang pekerja juga tidak akan korupsi waktu, jika kesepakatan yang disetujui adalah jam 8 to 5. Mustinya dia berusaha untuk datang tidak terlambat dan pulang sesuai waktu yang telah ditentukan. Dengan manajemen waktu, diharapkan bisa bekerja dengan efektip dan hasil yang maksimal. Panggilah ibadah atau panggilan jihad tidak akan terganggu oleh pekerjaan. InsyaAllah
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ (٣٦)رِجَالٌ لا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالأبْصَارُ
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (QS.An Nur : 36-37)
4. Pasrah Atas Hasil
Sungguh indah manusia beriman, jika mendapat rizki sedikit tetap sabar dan jika memperoleh melimpah atau sesuai harapan pasti bersyukur. Rumus pekerjaan telah dilakukan, waktu dan tenaga telah dimaksimalkan maka kepasrahan kepada Allah adalah kunci memperoleh hasil yang barokah. Tidak ada perasaan takut dan sedih ketika mendapati hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Bisa jadi itulah yang terbaik, Allah yang paling tahu dan mengerti akan kecukupan kebutuhan hamba-Nya
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَجَبًا ِلاَمْرِ اْلمُؤْمِنِ، اِنَّ اَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ. وَ لَيْسَ ذَاكَ ِلاَحَدٍ اِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ. اِنْ اَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. وَ اِنْ اَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. مسلم
Dari Shuhaib, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Mengagumkan sekali urusannya orang mukmin itu. Sesungguhnya urusannya, semuanya menjadi kebaikan baginya. Dan tidak ada yang mendapatkan demikian itu seseorangpun kecuali orang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, bersyukur. Maka yang demikian itu adalah menjadi kebaikan baginya. Dan apabila ditimpa suatu mushibah, bershabar. Maka yang demikian itu menjadi kebaikan pula baginya”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2295]
5. Memberikan sebagian Hasil.
Salah satu bentuk syukur ketika menerima rizki dari Allah adalah menunaikan titipan harta yang tercampur dalam rizki kita kepada yang berhak. Zakat pada dasarnya memang bukan milik kita, celakalah orang yang menyembunyikannya atau bahkan memakannya. Dan sikap Kikir dan Boros adalah pekerjaan Syetan.
آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS.Al Hadid : 7)
Bentuk syukur selanjutnya adalah gemar berinfaq sedekah. Hukum perdagangan yang dijamin sangat besar labanya adalah hanyalah melakukan jul-beli dengan Allah. Allah Maha Melihat dan Maha benar janjinya, bukan perkara yang sulit jika Allah memberikan bonus rizki kepada hambaNya yang beriman dan beramal shaleh.
6. Menggunakan Hasil dalam Kebaikan
Melihat kembali hadist dalam alinea pembuka. Rizki yang halal tetap akan dituntut dibelanjakan dengan cara dan peruntukan yang halal pula. Bahkan Rasulullah SAW-pun memberikan rambu-rambu, kalau beramal kebaikan dengan rizki haram tidak akan diterima.
Pola pikir yang salah besar, bila beranggapan jika sebagian hasil korupsi dipakai menyumbang anak yatim dan mesjid bisa memberikan ampunan Allah atau memutihkan hasil korupsi yang telah sengaja dilakukan.
عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قَالَ: قَالَ النَّبِيَّ ص: يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ اِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ لَحْمٌ وَ دَمٌ نَبَتَا عَلَى سُحْتٍ، اَلنَّارُ اَوْلَى بِهِ. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، اَلنَّاسُ غَادِيَانِ. فَغَادٍ فِى فِكَاكِ نَفْسِهِ فَمُعْتِقُهَا، وَ غَادٍ مُوْبِقُهَا. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، اَلصَّلاَةُ قُرْبَانٌ وَ الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَ الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ اْلخَطِيْئَةَ كَمَا يَذْهَبُ اْلجَلِيْدُ عَلَى الصَّفَا
Dari Ka‘ab bin ‘Ujrah, dia berkata : Nabi SAW bersabda, “Hai Ka‘ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging dan darah yang tumbuh dari barang yang haram, neraka lebih pantas baginya. Hai Ka‘ab bin ‘Ujrah, manusia itu memasuki waktu pagi ada dua macam : pertama, orang yang mampu menahan nafsunya, maka dia membebaskannya (dari neraka). Kedua, orang yang membinasakan dirinya. Hai Ka‘ab bin ‘Ujrah, shalat itu pendekatan diri (kepada Allah), shadaqah itu tanda bukti keimanan, dan puasa itu perisai. Shadaqah bisa menghapus kesalahan sebagaimana meluncurnya hujan es di atas batu licin“. [HR. Ibnu Hibban juz 12, hal. 378, no. 5567]
7. Tidak ada kamus Malas dan Putus asa
Unsur dari rumus menuju taqwa adalah ujian dari Allah. Terkadang ketika berburu rizki menemui hal-hal yang tidak diinginkan dan diluar rencana. Rugi besar karena dibohongi orang, salah dalam perhitungan, dikhianati partner kerja, difitnah oleh kolega ataupun berbagai kejadian yang sungguh tidak mengenakkan. Nah, jiak tidak sadar maka itulah yang terkadang membuat hati menjadi putus asa.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Az Zumar : 53)
Bolehlah kita kecewa sejenak, tetapi jadikanlah itu sebagai sarana untuk mengkoreksi diri dan jika ada kesalahan lekas bertaubat. Jangan berlama-lama dalam kekecewaan dan lekaslah bangkit kembali. Tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan. Bangkrut, rugi atau gagal hanyalah kesuksesan yang tertunda.
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: طَلَبُ اْلحَلاَلِ وَاجِبٌ عَلَى كُلّ مُسْلِمٍ. الطبرانى فى الاوسط
Dari Anas bin Maalik dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Mencari yang halal adalah wajib atas setiap orang Islam”. [HR. Thabrani di dalam Al-Ausath]
Semoga bermanfaat