Ilmu dan Amal

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika  tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak  menyampaikan amanat-Nya. 
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.  Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.  QS.Al-Maaidah [5] : 67
Sabda Baginda Rasulullah SAW, "Sampaikanlah dariku,  walaupun hanya satu ayat."
Petikan Minda :
Miskin harta tidak mengapa,
tapi jangan miskin idea dan jiwa.
Miskin idea buntu di dalam kehidupan.

Miskin jiwa mudah kecewa dan derita

akhirnya putus asa yang sangat berdosa.

ASSALLAMUALAIKUM W.B.T

Monday, July 25, 2011

Fenomena Takut (Deja Vu)


Fenomena Déjà vu
Sebuah fenomena yang terjadi ketika kita merasakan,melihat atau berada pada suatu pengalaman yang pernah kita alami sebelumnya,meskipun waktu yang tepat pada pengalaman sebelumnya tidak menentu dan sulit untuk dibayangkan.


Déjà vu

Secara harfiah dalam bahasa Perancis, Déjà vu adalah “pernah lihat”. Istilah ini diciptakan oleh seorang peneliti psikis Perancis, Émile Boirac (1851-1917) dalam bukunya L'Avenir des psychiques. Déjà vu biasanya disertai dengan rasa keakraban yang sangat kuat sehingga seseorang yang mengalami fenomena ini sangat yakin pernah dia alami sebelumnya. Déjà vu juga berkaitan dengan rasa emosional seseorang,ketakutan,kesenangan dan kesedihan.Bahkan beberapa peneliti mengklaim perasaan Déjà vu bisa dibangkitkan melalui hipnotis.

Banyak teori-teori yang muncul mengenai Déjà vu. Emile Boirac sendiri sudah meneliti fenomena ini sejak tahun 1876, namun ia tidak pernah secara tuntas menyelesaikan penelitiannya. Karena itu, banyak peneliti telah mencoba untuk memahami fenomena ini sehingga akhirnya kita mendapatkan Paling tidak 40 teori yang berbeda mengenai Déjà vu, mulai dari peristiwa paranormal hingga gangguan syaraf.

Universitas psikolog Anne M. Cleary,dalam Psychological Science, sebuah jurnal dari Asosiasi untuk Psychological Science, menjelaskan temuan terbaru tentang Déjà vu, termasuk banyak kesamaan yang ada antara Déjà vu dan pemahaman kita tentang recognition memory pada manusia.

Recognition memory adalah jenis memori yang memungkinkan kita untuk menyadari bahwa apa yang kita sedang alami pernah atau telah dialami sebelumnya, seperti ketika kita mengenali teman di jalan atau mendengar lagu familiar di radio. Otak berfluktuasi antara dua jenis recognition memory: ingatan dan keakraban.

Recognition memory terjadi ketika kita bisa menentukan misalnya ketika situasi saat ini sebelumnya pernah terjadi.Misalnya ketika kita bertemu seseorang di jalan,kita merasa yakin kalau kita pernah melihat orang itu sebelumnya tapi kita tidak tahu dimana.

Psikolog legendaris Sigmund Freud juga mengemukakan teori mengenai fenomena ini.

Tapi sebelumnya,kita lihat dulu gambar ini






Foto di atas adalah foto ilustrasi "Puncak gunung es" yang terkenal. Para ahli "otak" sering menggunakan ilustrasi di atas untuk menunjukkan seperti apa pikiran kita yang sebenarnya. Permukaan air adalah batas kesadaran kita. Pikiran Sadar kita adalah bongkahan yang muncul di atas permukaan laut. Sedangkan pikiran bawah sadar adalah bongkahan raksasa yang ada di dalam laut.

Menurut mereka, sesungguhnya sebagian besar informasi yang kita terima tersimpan di pikiran bawah sadar kita dan belum muncul ke permukaan. Hanya sebagian kecil dari informasi yang kita terima benar-benar kita ingat atau sadari. Prinsip ini adalah kunci penting untuk memahami Déjà vu.

Jadi intinya,banyak peristiwa yang kita alami tersimpan di pikiran bawah sadar kita.

Déjà vu terjadi ketika sebuah ingatan yang berada di pikiran bawah sadar kita muncul ke pikiran sadar kita dan ini dipicu dengan keadaan yang sama persis dengan apa yang pernah kita alami.

*sumber
baca juga : Spontaneous Human Invisibility

-----------------------------------------------------------------------------














HANTAR PULANG BOURDON BUKTI NAJIB TAKUT RAHSIA SCORPENE – LATHEEFA – keadilan daily

Tindakan kerajaan Malaysia menghantar semula peguam hak asasi manusia dari Perancis, Wiliam Bourdon tanpa sebarang sebab membuktikan ketakutan Najib Razak.

Ini kerana peguam itu dijadualkan berada di Malaysia untuk membongkar skandal komisyen kapal selam membabitkan RM540 juta dan kaitannya dengan misteri pembunuhan wanita warga Mongolia, Altantuya Shaariibu.

Pengarah Biro Guaman KEADILAN, Latheefa Koya berkata, kerajaan Malaysia juga bertindak zalim apabila menghantar Bourdon pulang ke negara asalnya tanpa sebarang sebab munasabah.

“Apakah kerajaan Malaysia tak sedar bahawa tindakan yang dibuat membuktikan sikap zalim mereka? Malaysia tak ubah seperti negara dunia ketiga yang sering guna alasan yang tak masuk akal kerana takut,” katanya kepada Keadilandaily

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...